Jakarta, - Pasca krisis moneter pada tahun
1997/1998, utang luar negeri (ULN) Pemerintah Indonesia membengkak dalam
jumlah sangat besar. Sebelum krisis, jumlah ULN Pemerintah masih
sekitar US$ 53,8 miliar. Karena Pemerintah terus menambah pembuatan ULN
baru, jumlahnya membengkak menjadi sekitar US$ 117,790 miliar pada April
2013. Jika ditambah dengan Surat Berharga Negara (SBN), secara
keseluruhan total utang Pemerintah Indonesia hingga April 2013 telah
mencapai Rp. 2.023,72 triliun. Jika dibagi dengan jumlah penduduk
Indonesia, maka setiap warga negara Indonesia saat ini harus menanggung
beban utang bangsa sebesar Rp. 8,5juta. Pada akhir tahun 2004 utang
Indonesia masih sekitar Rp 1.299,50 trilliun, namun periode pertama
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat presiden, utang naik Rp. 724,22
trilliun. ULN Indonesia periode 2007-2011 terus naik, dari Rp. 1.385,55
triliun menjadi Rp 1.804,37 triliun. Kemudian, Desember 2012, ULN
Indonesia mencapai Rp. 1,850 triliun.
Total pembayaran cicilan
pokok dan bunga utang pada tahun 2005 mencapai Rp. 126.768 triliun, atau
sekitar 24,8 persen dari total belanja negara yang berjumlah Rp.
509.632 triliun. Pada tahun 2013, Pemerintah merencanakan membayar
cicilan pokok dan bunga utang sebesar Rp. 299,708 triliun, atau sekitar
17,3 persen dari total belanja negara pada APBNP 2013 yang berjumlah Rp.
1.726,2 triliun. Sementara total pembayaran cicilan pokok dan bunga
utang dalam dan luar negeri sejak 2005-2012 telah mencapai Rp. 1.584,879
triliun. Jika Pemerintah selalu menjadikan subsidi BBM sebagai kambing
hitam, maka sebenarnya lewat pembayaran utang, Pemerintah terus
memberikan subsidi kepada pihak asing dan orang kaya pemilik SBN dengan
imbal hasil yang tinggi, serta sejumlah perbankan yang menikmati
pembayaran bunga obligasi rekap. Karena bisnis utang adalah bisnis
komisi, maka buruknya pengelolaan utang bukan tidak mungkin merupakan
kesengajaan untuk menciptakan celah korupsi.
Hal ini kontras
dengan porsi anggaran kemiskinan yang hanya mencapai Rp. 23 triliun pada
tahun 2005, atau hanya sekitar 4,5 persen dari total belanja negara.
Pada tahun 2013 total anggaran kemiskinan berjumlah Rp. 115,5 triliun,
atau hanya sekitar 6,7 persen dari total belanja negara. Hingga tahun
2009 terakhir, besaran penyerapan APBN kita tidak lebih dari 25 Persen.
Salah satu penyebab menumpuknya ULN Indonesia adalah kebiasaan para
diplomat Indonesia yang rajin mengajukan utang karena mereka mendapat
komisi. Padahal pengelolaan utang itu juga tidak efesien. Menurut BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan) yang merilis laporan, bahwa Pemerintah belum
mampu mengelola utang dengan efektif. Kerja Pemerintah yang buruk karena
sederet faktor, diantara perbuatan aparatur negara dari akibat
banyaknya korupsi yang sekarang berlangsung secara sistemik. Ketua BPK
Hadi Purnomo, melaporkan Hasil Pemeriksaan BPK kepada DPR 1 Oktober 2013
silam, di mana terjadi 2.854 kasus penyimpangan yang terjadi di
instansi pusat dan daerah dengan nilai kerugian negara mencapai Rp 46,24
triliun.
ULN Indonesia sebesar Rp. 2.023,72 triliun itu memang
merupakan warisan sejak zaman Bung Karno dan Pak Harto. Namun
pemerintahan SBY merupakan rezim yang jumlah utangnya paling besar.
Hanya dalam waktu 9 tahun menjabat sebagai presiden, utang yang
diperoleh pemerintahan SBY mencapai Rp. 724,22 triliun. Utang itu baru
mungkin bisa dilunasi 45- 65 tahun mendatang. Itu pun dengan syarat,
mulai sekarang Indonesia menghentikan utang dan harus berusaha mencari
sumber pendanaan pembangunan lain selain utang. Sementara utang dipakai
atau tidak, bunga, fee, cicilan, meskipun utang itu tidak terpakai
tetapi Pemerintah tetap punya kewajiban membayarnya. Penyimpangan yang
terjadi ini menjadi sumber korupsi yang terus berkembang biak secara
massif. Inilah yang mengakibatkan Indonesia perlahan-lahan akan menuju
negara gagal (failed state). Sebab utang hanyalah untuk kepentingan para
pejabat yang korup, sementara rakyat harus menanggung beban utang.
Memang utang merupakan satu satunya jalan bagi Presiden SBY untuk
bertahan dari pukulan krisis global, terpuruknya nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (US$) dan mata uang asing lainnya. Namun
utang yang semakin menggunung akan menjadi beban bagi rakyat dan resiko
yang harus ditanggung oleh generasi mendatang.
Sekalipun para
pengamat ekonomi mengatakan jumlah utang Indonesia yang sudah mencapai
60 persen dari produk domestik brutto (PDB), tetap masih dinilai aman
karena dianggap belum mencapai 100 persen dari PDB. Tetapi, jumlah utang
yang sudah mencapai 60 persen dari PDB itu, sudah menjadi ancaman.
Indonesia yang selalu dibanggakan dengan pertumbuhan ekonomi sepanjang
2012 yang stabil, diatas rata-rata 6 persen oleh Pemerintah Presiden
SBY, kenyataan pertumbuhan ekonomi itu, hanya diakibatkan faktor
konsumsi yang terus meningkat termasuk impor barang-barang mewah, yang
sekarang ini menyumbang inflasi tertinggi. Realitanya, ekspor Indonesia
juga negatif, karena Indonesia tak mampu menghasilkan produk manufuktur
yang bisa dijual keluar negeri.
Gerakan Nasionalisasi Migas (GNM)
sangat prihatin dengan kegagalan Presiden SBY dalam membangun ekonomi,
memperkuat pertanian, membangun infrastruktur, dan mengentaskan
kemiskinan, yang telah menjadikan rakyat Indonesia sebagai tumbal atas
kegagalan tersebut. Jerih payah, kerja keras, keringat, darah, rakyat
Indonesia habis disetorkan untuk membayar bunga, fee, dan cicilan utang.
Sementara aparatur negara dan elite politik setiap hari sibuk
menggarong uang rakyat, untuk memperkaya diri pribadi, keluarga, bahkan
untuk setoran ke partai politiknya. Mereka sudah tidak peduli atas nasib
masa depan bangsa dan negara. Presiden dan wakil rakyat di DPR, tidak
peduli pada negara yang semakin jatuh dalam cengkraman imperialis dan
kubangan neoliberalis.
Oleh karena itu, GNM menyerukan kepada
para pemuda, mahasiswa, dan aktivis pergerakan di seluruh tanah-air
bertepatan momentum memperingati Hari Pahlawan Ke-68, untuk bersatu padu
dan berjuang bersama-sama menyuarakan nasionalisasi migas. GNM
berkeyakinan siapa berani dan bertekad memperjuangkan nasionalisasi
migas, itulah pahlawan bangsa pada dimensi kekinian yang sejati. Hal ini
untuk menjawab tentang ULN Indonesia per Oktober 2013 yang sudah
mencapai Rp. 2.273,76 triliun, melebihi dari pendapatan negara Rp. 1.502
triliun dalam APBN 2013, yang mungkin baru bisa dilunasi lebih dari
setengah abad mendatang. Itu pun dengan syarat, mulai sekarang Indonesia
menghentikan utang dan harus berusaha mencari sumber pendanaan
pembangunan lain selain utang.
Kita belumlah lupa atas pernyataan
Ketua KPK Abraham Samad baik di forum Rakernas III PDI Perjuangan di
Ancol maupun di acara Dialog Kebangsaan bersama kaum buruh dan tani di
Gelora Bung Karno, yang menyoroti lemahnya regulasi untuk melindungi
sumber daya energi Indonesia. Dari 45 blok migas yang saat ini
beroperasi di Indonesia, sekitar 70 persen dikuasai kepemilikan asing.
Dalam perhitungan KPK, bila ditotal, pajak dan royalti yang dibayarkan
dari blok migas, batubara, dan nikel di setiap tahunnya dapat mencapai
Rp. 20.000 triliun. Dan bila dibagi ke seluruh rakyat, maka pendapatan
rakyat Indonesia per bulan bisa mencapai Rp. 20 juta. Atas semua itu,
Ketua KPK mendorong agar Pemerintah menasionalisasikan semua blok migas
dan potensi sumber daya alam yang kini dikuasai oleh asing. Supaya tak
ada lagi anak putus sekolah, supaya Indonesia kembali ke kejayaannya.
Bahkan,
mantan Ketua MPR Amien Rais saat melepas mudik bareng PAN di Senayan
mengeluarkan pernyataan siapapun Capres 2014, yang terpenting baginya
adalah mereka mampu melakukan renegosiasi dengan perusahaan-perusahaan
asing di Indonesia. Kalau ada Presiden yang berani dan bertekad
melakukan negosiasi ulang terhadap kontrak karya migas dan bagi hasil
non migas, seperti di Amerika Latin, Amien akan mendukungnya. Rujukan
dari Ketua KPK Abraham Samad dan mantan Ketua MPR Amien Rais diharapkan
menjadi dorongan kuat para pemuda, mahasiswa, dan aktivis di seluruh
tanah-air untuk tidak ragu-ragu memperjuangkan nasionalisasi migas.
Keberhasilan dari perjuangan itulah, bagi para pelakunya, GNM sebut
sebagai Pahlawan Bangsa. (Komandan GNM, Binsar Effendi Hutabarat)
Tabs
Pengunjung Seminggu Terakhir
LOWONGAN PEKERJAAN
Dibutuhkan Wartawan BeritaNias.Com
Silahkan Email Lamaran Anda
Email ke: kabarnias@gmail.com
Silahkan Email Lamaran Anda
CV Anda ke redaksi.
Email ke: kabarnias@gmail.com